Child Of All Nations (versi Inggris) Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Child_of_All_Nations |
Dalam dunia literatur dan sastra, nama Pramoedya Ananta Toer tentu sudah tidak asing lagi. Sudah sejak lama saya ingin membaca buku karya beliau, apalagi melihat review buku beliau yang selalu dipuji dan diagungkan, bahkan di mata internasional. Akhirnya saya berkesempatan membaca buku 'Child of All Nations' ini di tahun 2014, dimana saya membaca versi bahasa Indonesianya yang berjudul 'Anak Semua Bangsa'. Ini merupakan buku karya Pram yang pertama saya baca, dan ternyata buku ini merupakan jilid kedua/lanjutan cerita dari buku sebelumnya, yang berjudul 'Bumi Manusia'. Buku-buku ini merupakan serial kisah tetralogi, dimana judul kedua buku lainnya adalah 'Jejak Langkah' dan 'Rumah Kaca'.
Buku ini menceritakan tentang Minke, seorang anak keturunan Indonesia yang pada masa penjajahan dahulu cukup terpandang karena ia memperoleh pendidikan di sekolah Belanda. Ia menikah dengan seorang gadis keturunan Indo-Belanda, namun istrinya tersebut meninggal dunia, sehingga pada buku ini diceritakan ia tinggal bersama dengan sang mertua, Nyai Ontosoroh, seorang pemilik pabrik yang membenci semua aktivitas penjajahan. Kesedihan mendalam yang dialami Minke dan ibu mertuanya, dimana mereka kehilangan sosok Annelies, istri Minke, yang meninggal dengan cara dibunuh perlahan oleh para penjajah, menyebabkan mereka merasa dekat satu sama lain dan saling melindungi dari kejahatan orang-orang di sekitar mereka.
Minke berprofesi sebagai wartawan/penulis artikel, dan di buku ini diceritakan bagaimana ia ditantang oleh orang-orang terdekatnya (termasuk Nyai Ontosoroh) untuk menuliskan artikel/berita tentang jahatnya penjajahan dalam Bahasa Indonesia. Hal ini tentu bertujuan agar masyarakat Indonesia dapat membaca artikel tersebut dan sadar bahwa mereka tidak bisa tinggal diam menuruti semua keinginan penjajah. Di sisi lain, Minke sempat merasa keberatan karena ia merasa menulis dalam Bahasa Belanda merupakan suatu kebanggaan sendiri, dimana tidak semua orang pribumi dapat melakukannya. Hal ini pun menjadi perdebatan batin seorang Minke.
Dengan latar belakang penjajahan pada masa dulu, tidak heran buku ini sempat dilarang beredar oleh Jaksa Agung pada tahun 1981 (sumber: Wikipedia). Terang saja, karena di buku ini semangat nasionalisme dan rasa ingin merdeka sangat kental, betapa para tokoh pada buku ini begitu membenci kehidupan penuh aturan yang diterapkan penjajah yang sangat merugikan kaum pribumi.
Pengetahuan yang diperoleh Minke selama di sekolah Belanda, diakuinya ternyata belum ada apa-apanya. Minke yang merasa berasal dari kaum terpelajar, harus mengakui bahwa pertemuannya dengan seorang pejuang kemerdekaan Cina hingga seorang petani Jawa, membuatnya sadar, ia harus berbuat sesuatu demi kaum pribumi, kaum tanah airnya sendiri.
Klimaks cerita buku ini adalah saat Nyai Ontosoroh dan Minke dihadapkan pada keputusan bahwa pabrik milik Nyai Ontosoroh harus diberikan kepada pihak lain secara paksa, yang ternyata tidak lain adalah pembunuh anaknya sendiri, . Dengan semua rasa dendam dan kesedihan mendalam, mereka memutuskan untuk bersatu dan mengumpulkan semua teman-teman terdekat mereka untuk bersama-sama menyerang sang jenderal pembunuh, dan membuatnya takluk di hadapan mereka.
Pengetahuan yang diperoleh Minke selama di sekolah Belanda, diakuinya ternyata belum ada apa-apanya. Minke yang merasa berasal dari kaum terpelajar, harus mengakui bahwa pertemuannya dengan seorang pejuang kemerdekaan Cina hingga seorang petani Jawa, membuatnya sadar, ia harus berbuat sesuatu demi kaum pribumi, kaum tanah airnya sendiri.
Klimaks cerita buku ini adalah saat Nyai Ontosoroh dan Minke dihadapkan pada keputusan bahwa pabrik milik Nyai Ontosoroh harus diberikan kepada pihak lain secara paksa, yang ternyata tidak lain adalah pembunuh anaknya sendiri, . Dengan semua rasa dendam dan kesedihan mendalam, mereka memutuskan untuk bersatu dan mengumpulkan semua teman-teman terdekat mereka untuk bersama-sama menyerang sang jenderal pembunuh, dan membuatnya takluk di hadapan mereka.