Monday, February 24, 2014

Harga yang Harus Dibayar


Berita tentang bencana yang terjadi di Indonesia sudah beberapa minggu menjadi headline news di berbagai media. Tentu saja kita merasa prihatin atas keadaan tersebut. Keinginan untuk membantu pun datang, tetapi sebagai mahasiswa, mayoritas dari kita belum memiliki penghasilan sendiri. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk membantu para korban? Memberikan donasi? Dari mana kita mendapat uang tersebut? Meminta-minta sumbangan di jalan raya? Apakah ini cara paling tepat?

Masyarakat kita umumnya tidak mau memberikan sesuatu secara gratis, apalagi sumbangan yang  diminta-minta di jalan raya oleh seseorang yang berpendidikan. Bukankah kita bisa melakukan lebih dari itu? Ingat, selalu ada harga yang harus dibayar. Sebagai seorang mahasiswa yang memiliki ilmu tertentu, gunakanlah ilmu yang kita miliki untuk mendapatkan uang. Contohnya, jika kita mahasiswa yang mendalami tentang ilmu seni musik, buatlah pagelaran musik sederhana di tengah kota, lalu siapkan kotak sumbangan bagi siapa pun yang ingin menonton. Penonton puas melihat pertunjukan kita, kita pun mendapat uang sumbangan yang bisa kita salurkan, adil bukan? Manfaatkanlah kemampuan kita untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak ragu untuk memberikan feedback. Terakhir, lakukan semuanya dengan ikhlas.

Note. Argumentasi di atas menanggapi salah satu rubrik di harian Kompas berjudul Menjadi Peminta untuk Menyumbang. (Selasa, 18 Februari 2014)